Paroki Wae Kajong, Berjuang untuk Berdikari

 Oleh: Timotius J

Paroki Wae Kajong merupakan wilayah yang sangat potensial tambang mangan. Tidak mengherankan banyak investor yang masuk untuk mengeksplorasi dan bahkan mengeksploitasi potensi tambang.

Paroki yang Relatif Muda

Paroki St. Maria Immaculata Wae Kajong merupakan paroki yang relatif muda di Keuskupan Ruteng. Mgr. Eduardus Sangsun, SVD meresmikan paroki ini pada tanggal 8 Juni 2007 yang merupakan pemekaran dari Paroki Loce. Paroki ini berbatasan dengan Paroki Loce di sebelah Timur dan sebelah Selatan, Paroki Robek di sebelah Utara dan Paroki Pateng di sebelah Barat.

Mulanya, ada beberapa stasi yang bergabung dalam paroki baru ini, yaitu Stasi Kajong (kini menjadi pusat paroki), Stasi Wae Wua (9 KBG), Stasi Tureng (5 KBG), Stasi Wangkal (6 KBG), Stasi Nggalak (5 KBG), dan Stasi Lante (9 KBG). Kemudian, dalam perkembangan selanjutnya, pada masa Rm. Egis, Stasi Kajong dimekarkan menjadi dua stasi, yaitu Stasi Pusat Kajong dan Stasi Wae Ara (6 KBG). Selain itu, stasi pusat dibagi ke dalam empat wilayah, Wilayah St. Petrus (3 KBG), Wilayah St. Paulus (3 KBG), Wilayah St. Ignasius (2 KBG) dan Wilayah St. Agustinus (2 KBG).

Hingga kini Paroki St. Maria Immaculata Wae Kajong memiliki enam stasi dan pusat paroki dibagi ke dalam empat wilayah dan jumlah KBG sebanyak 57. Jumlah umat menurut hasil sensus pastoral 2013 sebanyak 5.532 jiwa dengan Kepala Keluarga berjumlah 1.254, janda sebanyak 62 orang dan Orang Muda Katolik sebanyak 201 orang.

Mata pencaharian sebagaian besar umat adalah bertani. Setiap kepala keluarga memiliki lahan pertanian yang cukup. Lahan-lahan yang ada ditanami tanaman jangka pendek dan panjang. Hasil pertanian yang menonjol adalah padi, kacang-kacangan dan kemiri. Sumber pendapatan lain adalah peternakan, terutama sapi.

Di setiap stasi, masing-masing ada satu sekolah dasar dan di pusat paroki ada satu SMP Negeri. Untuk mengenyam pendidikan tingkat menengah atas dan pendidikan tinggi, anak-anak dari paroki ini menempuhnya di luar paroki.

Kesadaran untuk mengenyam pendidikan sangat bagus. Setiap keluarga berjuang untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Paroki pun memiliki perhatian besar untuk pendidikan anak-anak paroki dengan menyediakan asrama bagi anak-anak Sekolah Menengah Pertama. Bentuk dukungan lain dari paroki adalah dengan menerima kunjungan perkumpulan pelajar paroki yang mengenyam pendidikan di luar paroki.

Dalam lingkup Paroki St. Maria Immaculata Wae Kajong, ada delapan hak ulayat (gendang), yaitu Kajong, Munta, Tureng, Nggalak, Limung, Wae Wua, Lante Sama dan Lante Wudi. Otoritas tertinggi dalam masing-masing gendang adalah Tua Gendang. Tua Gendang masih memiliki tempat dan peran strategis dalam kehidupan sosial. Misalnya, Tua Gendang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mempertahankan lahan-lahan yang ada dan jual beli tanah harus sepengetahuan Tua Gendang.

Kearifan lokal tersebut banyak memberi hal positif bagi keutuhan dan kesatuan hidup sosial. Selain itu, mengingat hampir sebagian besar lahan di paroki ini sangat potensial untuk aktivitas pertambangan (mangan), kearifan lokal ini juga diandalkan dalam mengantisipasi masuknya korporasi pertambangan yang hendak mengekplorasi dan mengeksploitasi lahan yang ada.

Ada empat desa di paroki ini, yaitu Kajong, Nggalak, Lante, dan Sambi. Perkembangan terkini adalah terbentuknya kecamatan baru, Kecamatan Reok Barat (Agustus 2012). Pusat kecamatan baru ini adalah Sambi yang mana lokasinya relatif dekat dengan pusat paroki. Dengan demikian, paroki ini memiliki prospek bagus untuk masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin pusat paroki ini akan menjadi pusat keramaian di Manggarai Utara, selain Reo. 

Menuju Pastoral Berdikari 

Karya pastoral Paroki St.Maria Immaculata didukung oleh sumber daya dan sarana yang cukup. Personalia yang ada berjuang untuk melayani sebaik mungkin. Kebutuhan rohani umat yang relatif tinggi memang menuntut pelayan pastoral terutama pastor paroki untuk selalu siap sedia melayani permintaan umat. Pelayanan pastoral sangat terbantu oleh keberadaan Dewan Pastoral Paroki (DPP). Umumnya, semua anggota dewan bersama seksi-seksinya menjalankan program kerja yang telah dirancang pada awal tahun.

Selain memanfaatkan peluang yang sudah ada, agen pastoral juga berjuang menciptakan peluang-peluang.  Pelayanan pastoral juga melibatkan dan bekerja sama dengan pihak lain. Sebagai contoh, pada masa puasa 2013 kunjungan pastoral diisi dengan pelayanan rohani dan kesehatan. Maka, paroki menggandeng dokter dan perawat yang ada di Puskesmas dan Pustu setempat. Atau, contoh lain adalah penghijauan mata air dalam kerja sama dengan TNI.

Meskipun paroki ini baru berusia lima tahun, namun paroki memilik prospek pertumbuhan yang pertu ditingkatkan.

Pertama, rasa mememiliki dan kesadaran berparoki. Rasa memiliki menjadi modal kuat untuk kemandiriaan paroki dan kesadaran berparoki ini terlihat dalam tanggung jawab umat dalam melaksanakan tugas-tugas gerejani. Sebagai contoh, masing-masing penanggung liturgi mingguan berjuang untuk tampil maksimal dan memberikan yang terbaik bagi perayaan liturgi. Hal lain yang menunjukkan kesadaran berparoki adalah kesadaran untuk melunasi kewajiban gereja mandiri.

Kedua, umat masih menaruh respek terhadap panggilan khusus. Di tengah krisis imamat dan panggilan khusus dewasa ini, umat Paroki Kajong masih meyakini panggilan menjadi imam, biarawan dan biarawati sebagai panggilan luhur dan mulia. Karena itu, mereka sangat mendukung anak muda yang meniti jalan panggilan ini. Tidak mengherankan bahwa panggilan untuk menjalani panggilan ini terbilang subur.

Ketiga, paroki memberikan perhatian bagi kelompok-kelompok hidup Kristiani, misalnya memfasilitasi umat untuk membentuk organisasi Komunitas Tritunggal Mahakudus. Selain itu, paroki juga mendukukung kelompok-kelompok doa spontanitas dari berbagai kelompok umat. Sementara untuk orang muda, paroki memfasilitasi pekan OMK dan di masing-masing stasi OMK terlibat aktif dalam kegiatan menggereja.

Keempat, kelompok sosial karitatif yang mencolok adalah kelompok leles (kelompok gorong royong) dan koperasi kredit. Kelompok gotong royong ini sangat nampak dalam meringankan pekerjaan di kebun dan bahkan kelompok ini juga membantu paroki dalam mengolah lahan paroki. Sementara itu, kehadiran koperasi kredit yang diprakarsai oleh paroki sangat membantu umat dalam menumbuhkan semangat hidup hemat dan menabung. Koperasi ini juga sangat membantu umat melalui pinjaman dengan bunga rendah. Banyak umat yang sangat terbantu dengan kehadiran koperasi ini. 

Kelima, keramahan merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik umat di paroki ini. Umumnya, umat paroki  akan rela berkorban demi orang-orang yang berkunjung. Selain itu, salah satu hal yang sering kali dijunjung tinggi adalah soliditas umat. Karena itu, mereka sungguh menyesali luka yang pernah menodai kekompakan mereka, yaitu konflik horisontal berkaitan dengan hak ulayat. Sekarang ini tampak menguat kerinduan bersama agar luka itu segera sembuh dan karenanya kehadiran agen pastoral menjadi mediator. 

Dijaga dan dirawat

Pertama, mempertahankan kearifan lokal. Perkembangan dan pertukaran informasi yang sedemikian pesat dewasa ini juga sudah masuk ke paroki ini. Situasi tersebut didukung oleh adanya akses dengan dunia luar. Namun, untuk sementara komunitas budaya lokal tetap mempetahankan kearifan yang mengutamakan nilai sosial di atas individualisme. Selain itu, salah satu hal menarik adalah pengintegrasian kearifan lokal dalam iman Kristiani. Hal ini sangat terlihat dalam upacara syukur panen di mana upacara-upacara adat diintegrasikan ke dalam penghayatan iman Kristiani. Upaya ini kiranya dapat memperkuat jati diri  umat sesuai kearifan nilai-nilai setempat sehingga dapat membentengi hal-hal negatif yang datang dari luar.

Kedua, partisipasi umat dalam liturgi. Liturgi merupakan tindakan penyelamatan Allah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus dalam persatuan dengan Roh Kudus, yang dialami dan dirayakan oleh umat beriman. Dalam kehidupan liturgis, inisiatif Allah dan tanggapan dari umat merupakan dua hal yang tidak dipisahkan. Tindakan umat beriman sebagai tanggapan atas tawaran keselamatan kiranya tidak boleh mengaburkan karya keselamatan. Meskipun demikian, Gereja berusaha agar jangan sampai umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta penuh khidmat dan secara aktif (SC 48).

Dalam pengalaman ada bersama umat di Paroki ini, umat di paroki ini terlihat aktif dalam menghadiri misteri keselamatan itu. Karena itu, para petugas liturgi berjuang untuk menyiapkan diri dengan baik agar semua umat bisa merayakan misteri itu dengan baik. Namun, satu hal yang dipertimbangkan partisipasi seluruh umat dalam perayaan sehingga semua umat aktif dalam perayaan liturgi. Perlu ada perimbangan partisipasi umat umumnya dan petugas liturgi dalam suatu perayaan. Dengan demikian, semua umat sungguh menjadikan kehidupan liturgis sebagai bagian integral dari semua orang beriman dan bukannya hanya menunggu tugas-tugas liturgis yang diberikan .

Ketiga,  mewaspadai korporasi tambang. Paroki St. Maria Immaculata Wae Kajong merupakan wilayah yang sangat potensial tambang mangan. Tidak mengherankan banyak investor yang masuk untuk mengeksplorasi dan bahkan mengeksploitasi potensi tambang. Korporasi pertambangan seringkali masuk melalui pemangku kekuasaan ulayat (tua gendang) dan pemilik lahan. Apalagi perusahan-perusahan pertambangan menggunakan strategi partipasi masyarakat lokal lingkar tambang. Di sini, tawaran upah yang cukup tinggi bisa menjebak masyarakat pada kesenangan sementara, tetapi menjadi malapetakan untuk masa-masa yang akan datang. Sejarah mencatat bahwa pertambangan selalu berpihak pada investor dan masyarakat lebih banyak menelan pil pahit dan bahkan racun yang mematikan. 

Diolah dari Laporan Praktek Pastoral 2012- 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar