Oleh: Timotius J
Sejak pagi, Palangkaraya diguyur hujan lebat. Tampaknya, berkah alam itu juga menjadi bagian dari peristiwa rahmat yang boleh dialami umat Katolik di Kota Cantik itu pada Minggu, 21 Februari 2016.
Gereja
Katedral St. Maria Palangkaraya disesaki umat beriman yang datang dari dua
paroki di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah tersebut. Sebagian umat juga
datang dari luar Kota Palangkaraya,
seperti Paroki St. Paulus Buntok, Paroki St.
Clemens Puruk Cahu, Paroki Arnoldus Jansen Kuala Kurun,
Paroki Kapuas dan beberapa paroki yang lainnya.
Uskup
Palangkaraya, Mgr. Aloysius M.
Sutrisnaatmaka,
MSF,
menyatakan bahwa minggu kedua masa prapaskah tahun 2016
ini perlu dicatat dengan
tinta emas dalam sejarah Keuskupan.
Setidaknya, ada dua alasan mengapa hari itu menjadi istimewa. Yang pertama
adalah kunjungan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido
Filipazzi. Dan kemudian, yang
kedua adalah pentahbisan tiga orang imam diosesan Keuskupan Palangkaraya, yakni RD Simon Ludianto, RD
Fransiskus Arisetyo dan RD C. Gatot Wibowo.
Dalam
sambutannya, Mgr. Aloysius mengungkapkan peristiwa tersebut sebagai mujizat bagi umat Katolik di Keuskupan
Palangkaraya. Ketua Komisi Teologi KWI tersebut mengatakan demikian: “Penumpangan tangan Duta
Besar Vatikan telah memberikan muzijat bagi Keuskupan
Palangkaraya di mana terjadi
perubahan angka 6 menjadi angka 9. Jumlah imam diosesan Keuskupan Palangkaraya
yang sebelumnya berjumlah 16 orang berubah menjadi 19 orang.”
Duta
Besar Vatikan berekenan mengujungi Palangkaraya memang atas undangan uskup Palangkaraya untuk pentahbisan tersebut
yang merupakan puncak dari Pertemuan Pastoral Keuskupan Palangkaraya tahun 2016
ini. Maka, sebelum menerimakan
Sakramen Imamat, sehari sebelumnya (20/2/2016), Duta Besar Vatikan sempat
bertemu dan berbincang-bincang dengan para imam yang ada di Keuskupan
Palangkaraya.
Dalam kunjungan perdananya ini, Mgr.
Antonio mengungkapkan rasa senang karena boleh mengunjungi kota dan Keuskupan
Palangkaraya. Selain untuk menerimakan Sakramen Imamat, Duta Besar Vatikan juga
datang membawa berkat Apostolik dari Paus Fransiskus bagi umat Katolik di
Keuskupan Palangkaraya. Tidak lupa pula, beliau mohon doa bagi Bapa Suci,
katanya: “Saya mohon agar saudara/i tetap berdoa bagi Bapa Suci seperti beliau
meminta kepada kita semua.”
Mgr.
Antonio Guido Filipazzi merupakan Duta Besar Vatikan ketiga yang telah
mengunjungi Palangkaraya. Sebelumnya pada tahun 2001 umat Katolik di Palangkaraya telah dikunjungi oleh Mgr.
Renzo Fratini. Kemudian, Mgr.
Leopoldo Girelli juga telah
mengunjungi Palangkaraya sebanyak dua kali.
Buah Sulung Seminari
Palangkaraya
RD
Simon Ludianto yang memilih moto
tahbisan “Gembalakanlah
domba-domba-Ku” (Yoh 21: 17)
merupakan
imam sulung dari Seminari Menengah Raja Damai Palangkaraya. Duta Besar Vatikan
dalam sambutannya juga menyatakan suka cita atas ditahbiskannya pastor kelahiran Pendang
7 Juni 1988 sebagai buah
sulung dari seminari menengah yang
diresmikan oleh Mgr. Aloysius pada 31 Juli 2002. Duta Besar Vatikan berharap kiranya makin banyak lagi imam yang akan
dihasilkan oleh seminari ini apalagi seminari
ini didirikan
berangkat dari kekurangan pelayanan rohani yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah imam di keuskupan ini.
Dua pastor yang lain
berasal dari luar Keuskupan Palangkaraya. Pastor Fransiskus Arisetyo yang pernah merenda kisah panggilan
bersama Ordo Karmel tak Berkasut (OCD) di Bajawa (Flores, NTT), berasal
Yogyakarta. Pada tahun 2011, Pastor Aris mengambil keputusan untuk menjadi imam
Diosesan Keuskupan palangkaraya.
Dari
ziarah panggilannya, Pastor Aris mengakui bagaimana masyarakat majemuk juga turut membentuk ziarah
imannya dalam menjawabi panggilan menjadi imam. Ketika tinggal di tempat kerja yang majemuk, setelah tamat
SMA, ada saja warga komunitas kerja yang menyadarkan pastor kelahiran
Magelang 18 Januari 1981 ini untuk mensyukuri kehidupan yang sedang dijalani
dan selalu mengingatkannya untuk tidak lupa ke Gereja.
Sementara
itu, Pastor C Gatot Wibowo yang merupakan mantan Guru di SMK Asisi Tebet,
Jakarta Selatan, berasal dari Semarang. Jatuh cinta dengan panggilan
hidup selibat bermula ketika bekerja di Novisiat Girisonta setelah lulus SMA. Obrolan dengan
seorang frater tentang panggilan hidup begitu mengesankan dan menumbuhkan
perasaan jatuh cinta untuk menjadi imam.
Pada
awalnya, niat menjadi imam hanya samar-samar saja. Lambat laun begitu kuat oleh
karena keterlibatannya dalam hidup menggereja. Pastor Gatot mengakui bahwa meskipun keterlibatannya hanya
sebatas menjadi misdinar dan kegiatan mudika,
tetapi hal itu justru semakin menuntunnya untuk
mendengar panggilan Tuhan terutama untuk melayani lebih total lagi. Untuk mewujudkan niat
suci itu, Pastor Gatot mulai meniti
panggilan menjadi imam bersama kongregasi MSF. Pada tahun 2013 memutuskan untuk
menjadi imam diosesan Keuskupan Palangkaraya.
Satu dalam Doa: “Merelakan” demi Panggilan Suci
Dalam
Perayan Ekaristi pentahbisan tersebut, Duta Besar Vatikan mengajak seluruh umat
berdoa untuk imam-imam yang baru agar mereka benar-benar menjadi sahabat Tuhan,
yang sungguh berdedikasi menyelamatkan semua orang. Para imam baru dan semua
imam kiranya dapat menimba pengalaman transfigurasi Yesus di atas gunung dalam
Injil Lukas, 9: 28b-36. Maka, para imam hendaknya siap “naik” ke atas gunung
untuk berdoa, mengalami Yesus dalam kemuliaan-Nya dan kemudian “turun” untuk
bersaksi tentang kemuliaan Allah dalam karya pelayanan.
Selain
itu, Mgr. Antonio juga mengajak seluruh umat beriman berdoa agar Tuhan
menganugerahkan bagi Keuskupan Palangkaraya, seluruh Gereja Indonesia serta
seluruh dunia panggilan kepada imamat, kepada hidup bakti dan hidup missioner
yang banyak dan suci. Lebih lanjut, Duta Besar Vatikan juga mengharapkan para
orang tua mendoakan anak-anaknya bagi panggilan suci. Para orang tua kiranya
tidak hanya bersedia berdoa bagi panggilan dalam kelurga lain, tetapi rela
menyerahkan anak-anaknya sendiri bagi panggilan suci. Menyapa senyum hangat,
beliau berujar: “Semoga para orang tua tidak hanya mengharapkan panggilan
bertumbuh dalam keluarga lain tetapi merelakan anak-anaknya sendiri untuk
panggilan suci.”
Dalam
sambutannya, wakil keluarga imam baru mengungkapkan suka cita atas kerelaan putera-putera
mereka untuk menjawabi panggilan suci. Meski demikian, keluarga juga menyadari
bahwa panggilan yang dijalani oleh mereka tidak mudah. Oleh karena itu,
keluarga mengharapkan doa dari seluruh umat untuk menopang panggilan
putera-putera mereka. Wujud lain dari doa untuk mereka adalah bersama-sama
menjaga martabat imamat yang telah diterima dan mendorong para imam baru untuk
hidup seturut panggilan hidup mereka.
Peristiwa tahbisan merupakan peristiwa rahmat karena umat secara langsung terlibat dan menyaksikan sendiri bagaimana Allah secara nyata memanggil dan memilih umat yang merelakan dirinya untuk datang melayani, demikian kesaksian ketua Panitia Pentahbisan dalam sambutannya. Lebih lanjut disampaikan bahwa tahbisan imam adalah juga peristiwa iman di mana sangat diharapkan akan semakin banyak umat yang terpanggil dan terpilih mengikuti jejak-jejak panggilan di masa yang akan datang.
Bapak Julius I. P Situngkir, selaku ketua panita, menyadari bahwa rangakain peristiwa berahmat ini berjalan dengan baik berkat keterlibatan seluruh umat. Baginya, dukungan dari seluruh umat untuk menyukseskan kegiatan pentahbisan merupakan tanda dan bukti bahwa umat Allah tetap satu dalam mendoakan panggilan menjadi imam di Keuskupan Palangkaraya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar